PERSUASI
Karakteristik Persuasi
Istilah persuasi merupakan alihan
bentuk kata persuasion dalam bahasa
Inggris. Bentuk kata persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan.´
Dalam
karangan persuasi, disamping logika, perasaan juga memegang peranan penting.
Keterilbatan unsur logika dalam karangan persuasi dapat menyebabkan persuasi
sering menggunakan prinsip-prinsip
argumentasi. Struktur karangan persuasi kadang-kadang sama dengan karangan
argumentasi, tetapi diksinya berbeda. Diksi karangan argumentasi mencari efek
tanggapan penalaran, sedangkan karangan persuasi mencari efek tanggapan
emosional. Tidak jarang pula karangan persuasi adalah suatu bentuk eksposisi yang
dirangkai dengan deskripsi
tetapi mempunyai tujuan tertentu, yakni menggoda pembaca untuk melakukan
sesuatu atau mengarahkan pembaca kepada suatu sikap tertentu.
Persuasi
memiliki ciri khas ialah karangan yang berusaha mencapai suatu persetujuan atau
penyesuaian kehendak penulis dengan membacanya, ia merupakan proses untuk
meyakinkan pembaca supaya pembaca mau menerima apa yang diinginkan penulis. Penyikapan
ide yang terdapat dalam persuasi disamping penyikapan logika, juga penyikapan
emosional. Karangan persuasi ini juga biasanya dipakai dalam dunia politik,
pendidikan, advertensi, dan dunia propoganda.
Alat
Pengembangan Karangan Persuasi
Untuk
dapat menyusun karangan persuasi yang efektif diperlukan kemampuan menciptakan
persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan alat-alat persuasi sebagai berikut: (1)
bahasa, (2) nada, (3) detail, (4) pengaturan (organisasi), dan (5) kewenangan (Akhmadi, 1980).
1. Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi. Sebagai alat, bahasa
sangat luwes dalam menjalankan fungsinya. Artinya, bahasa dapat dipakai oleh
pemakainya untuk kepentingan apa saja selama dalam batas-batas fungsinya
sebagai alat komunikasi.
2. Nada
Nada yang dimaksud adalah nada pembicaraan. Nada tersebut
berkaitan dengan sifat pengarang dalam menyampaikkan gagasannya. Dalam
kehidupan, tentu dapat dijumpai bermacam-macam nada, antara lain: nada marah,
nada senang, nada sedih, dan nada bersemangat. Masing-masing nada itu dapat
dipakai sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Sebagai
pengarang, tentunya kita harus menentukan nada karangan persuasi kita. Kita
harus membayangkan respons apa yang ada pada pembaca. Sebua karangan akan
direspons oleh pembaca dengan rasa kasihan maka persuasi kita bernada sedih.
3. Detail
Dalam karangan persuasi, detail cukup penting dalam
kedudukannya sebagai alat persuasi. Yang dimaksud detail adalah uraian terhadap
die pokok sampai ke bagianyang sekecil-kecilnya. Untuk memilih detail
pengembangan persuasi perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut:
a.
Penting-tidaknya
detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman pembaca;
b.
Jumlah
detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide pokok;
c.
Macam
detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide pokok;
d.
Kapan
setiap detail dihadirkan?
e.
Ada-tidaknya
korelasi dan relevansi detail dengan ide pokok yang sebaiknya diangkat.
Detail yang baik adalah detail yang esensial dalam
mendukung tujuan persuasi. Detail yang esensial ini adalah detail yang dapat
memenuhi kriteria-kriteria dia atas. Dengan kehadiran detail yang baik, usaha
penalaran dan tujuan persuasi menjadi lebih jelas.
4. Organisasi
Organisasi ini menyangkut masalah detail dalam sebuah
karanan. Dalam persuasi, pengaturn detail menggunaka prinsip “mengubah
keyakinan dan pandangan”. Artinya, detail-detail itu bagaimana pun
pengaturannya harus kita usahakan mampu mengarahkan keyakinan dan pandangan
pembaca. Penataan detail-detail ini ada beberapa cara, antara lain, cara
induktif, cara deduktif, cara kronologi, dan cara penonjolan.
5. Kewenangan
Kewenangan (authority)
dapat disebut sebagai alat persuasi. Kewenangan dalam hal tidak selalu
berkaitan dengan kewenangan hukum. Kewenangan menyangkut “penerimaan dan
kesadaran” pembaca terhadap pengarang. Seorang pengarang diyakini pembacanya
sebagai orang yang berwenang apabila dia: (a) mempunyai dasar hukum menduduki
jabatan-jabatan tertentu, (b) berkecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan
tertentu, dan (c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.