Minggu, 22 Mei 2016

PERSUASI



PERSUASI
Karakteristik Persuasi
            Istilah persuasi merupakan alihan bentuk kata persuasion dalam bahasa Inggris. Bentuk kata persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan.´
            Dalam karangan persuasi, disamping logika, perasaan juga memegang peranan penting. Keterilbatan unsur logika dalam karangan persuasi dapat menyebabkan persuasi sering menggunakan prinsip-prinsip argumentasi. Struktur karangan persuasi kadang-kadang sama dengan karangan argumentasi, tetapi diksinya berbeda. Diksi karangan argumentasi mencari efek tanggapan penalaran, sedangkan karangan persuasi mencari efek tanggapan emosional. Tidak jarang pula karangan persuasi adalah suatu bentuk eksposisi yang dirangkai dengan deskripsi tetapi mempunyai tujuan tertentu, yakni menggoda pembaca untuk melakukan sesuatu atau mengarahkan pembaca kepada suatu sikap tertentu.
            Persuasi memiliki ciri khas ialah karangan yang berusaha mencapai suatu persetujuan atau penyesuaian kehendak penulis dengan membacanya, ia merupakan proses untuk meyakinkan pembaca supaya pembaca mau menerima apa yang diinginkan penulis. Penyikapan ide yang terdapat dalam persuasi disamping penyikapan logika, juga penyikapan emosional. Karangan persuasi ini juga biasanya dipakai dalam dunia politik, pendidikan, advertensi, dan dunia propoganda.
Alat Pengembangan Karangan Persuasi
            Untuk dapat menyusun karangan persuasi yang efektif diperlukan kemampuan menciptakan persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan alat-alat persuasi sebagai berikut: (1) bahasa, (2) nada, (3) detail, (4) pengaturan (organisasi), dan (5) kewenangan (Akhmadi, 1980).
1.      Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi. Sebagai alat, bahasa sangat luwes dalam menjalankan fungsinya. Artinya, bahasa dapat dipakai oleh pemakainya untuk kepentingan apa saja selama dalam batas-batas fungsinya sebagai alat komunikasi.
2.      Nada
Nada yang dimaksud adalah nada pembicaraan. Nada tersebut berkaitan dengan sifat pengarang dalam menyampaikkan gagasannya. Dalam kehidupan, tentu dapat dijumpai bermacam-macam nada, antara lain: nada marah, nada senang, nada sedih, dan nada bersemangat. Masing-masing nada itu dapat dipakai sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
            Sebagai pengarang, tentunya kita harus menentukan nada karangan persuasi kita. Kita harus membayangkan respons apa yang ada pada pembaca. Sebua karangan akan direspons oleh pembaca dengan rasa kasihan maka persuasi kita bernada sedih.
3.      Detail
Dalam karangan persuasi, detail cukup penting dalam kedudukannya sebagai alat persuasi. Yang dimaksud detail adalah uraian terhadap die pokok sampai ke bagianyang sekecil-kecilnya. Untuk memilih detail pengembangan persuasi perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut:
a.                   Penting-tidaknya detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman pembaca;
b.                  Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide pokok;
c.                   Macam detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide pokok;
d.                  Kapan setiap detail dihadirkan?
e.                   Ada-tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan ide pokok yang sebaiknya diangkat.
Detail yang baik adalah detail yang esensial dalam mendukung tujuan persuasi. Detail yang esensial ini adalah detail yang dapat memenuhi kriteria-kriteria dia atas. Dengan kehadiran detail yang baik, usaha penalaran dan tujuan persuasi menjadi lebih jelas.
4.      Organisasi
Organisasi ini menyangkut masalah detail dalam sebuah karanan. Dalam persuasi, pengaturn detail menggunaka prinsip “mengubah keyakinan dan pandangan”. Artinya, detail-detail itu bagaimana pun pengaturannya harus kita usahakan mampu mengarahkan keyakinan dan pandangan pembaca. Penataan detail-detail ini ada beberapa cara, antara lain, cara induktif, cara deduktif, cara kronologi, dan cara penonjolan.
5.      Kewenangan
Kewenangan (authority) dapat disebut sebagai alat persuasi. Kewenangan dalam hal tidak selalu berkaitan dengan kewenangan hukum. Kewenangan menyangkut “penerimaan dan kesadaran” pembaca terhadap pengarang. Seorang pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang berwenang apabila dia: (a) mempunyai dasar hukum menduduki jabatan-jabatan tertentu, (b) berkecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, dan (c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.